Oleh: Hendi Rohaendi, S.Kep.,Ns. M.Kep
Uji Kompetensi merupakan tahapan akhir bagi seorang perawat dari D3 maupun Ners untuk mendapatkan kualifikasi kompeten. Uji kompetensi ini yang selanjutnya di sebut dengan ukom, merupakan momok yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang akan menghadapinya terutama bagi mahasiswa yang tidak memiliki persiapan. Pada tahun 2016 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada ukom terakhir.
Layaknya sebuah pertempuran yang harus dimenangkan maka seorang prajurit yang akan maju ke medan perang, mereka harus melakukan persiapan sebaik mungkin, jika tanpa persiapan, tentu hanya mengantarkan nyawa di medan pertempuran. Begitu pula mahasiswa, andaikata tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi ukom, sama dengan buang-buang tenaga dan dana serta kesempatan.
Apakah benar banyak mahasiswa tidak memiliki persiapan saat mau ujian? Secara kasar jawabannya ya. Akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya mereka sudah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan berupa belajar selama 3 tahun untuk D3 dan 4-5 tahun untuk Ners. Jika mahasiswa selama itu untuk mempersiapkan ukom, tetapi mengapa banyak mahasiswa yang gagal dalam uji kompetensi?
Tentu sangat menarik jika kita mencari tahu mengapa banyak sekali yang tidak kompeten, dan pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah apakah kualitas pembelajaran atau perkuliahan diseluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia sama?
Bagi pendidikan tinggi yang sudah hebat, ukom tidak jadi persoalan, karena mereka sudah memiliki kualitas perkuliahan akademik maupun praktek yang sangat baik. Sehingga tidak jarang mahasiswa mereka lulus 100%. Kebalikannya bagi pendidikan yang tidak memiliki qualifikasi sebaik pendidikan tinggi yang besar, ukom merupakan monster yang menakutkan, sehingga ada perguruan tinggi yang kelulusannya 0%.
Tentu bukan tindakan bijaksana saling menyalahkan dan saling menyalahkan atas kegagalan di mahasiswa yang mengikuti ukom. Dibawah ini terdapat beberapa penyebab mengapa mahasiswa gagal dalam ukom.
- Nasib
Jika sudah berbicara nasib kita sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi, akan tetapi kadang nasib tidak bisa kita hindarkan.
Misalnya, seorang mahasiswa yang rajin dikampus. Dia mengejakan soal dengan baik, Allah SWT, berkehendak bersangkutan tidak bisa melakukan saving otomatis. Diakhir ujian semua hasil pekerjaan dia tidak ada satupun yang tersimpan di sistem. Apa yang terjadi kemudian adalah mahasiswa tersebut ujian ulang. Hasilnya sudah bisa dibayangkan, stress, cape, tidak focus. Mahasiswa itu gagal. Apakah hanya dia yang gagal saving? Ya, mahasiswa lain yang satu sesi dengan dia, tidak ada masalah dengan system. Disinilah perlunya berdo’a, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi.
- Kurang persiapan
Yang dimaksud dengan kurang persiapan adalah mahasiswa belum memiliki kesiapan mental dan keilmuan. Mahasiswa yang pintar belum tentu lulus secara otomatis, jika yang bersangkutan secara mental tidak siap untuk mengerjakan soal selama 3 (tiga) jam.
- Berlatih dengan sumber yang kurang tepat
Dalam menjawab soal ukom mahasiswa perlu latihan mengenal soal-soal yang baik yaitu yang memiliki standar yang sama dengan soal yang akan mereka hadapi di ukom nanti. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih dengan soal seperti itu. Mereka banyak berlatih menggunakan sumber yang kurang tepat. Apa yang dimaksud dengan sumber kurang tepat? Yang dimaksud dengan sumber yang kurang
tepat adalah belajar belajar dengan menggunakan soal-soal yang belum di review atau menggunakan buku yang tidak menggunakan standar penulisan yang telah ditentukan.
- Sombong
Mengecilkan atau memandang remeh ukom merupakan tindakan yang sombong. Contoh; datang dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar ukom, dan hasilnya disuruh pulang oleh pengawas.
- Kurang Percaya Diri
Kita kadang mendapatkan kenyataan, mahasiswa A terkenal pintar di kampusnya, IPK nya tinggi, akan tetapi tidak lulus saat ukom. Salah satu penyebabnya adalah kurang percaya diri, mudah gugup. Apalagi tempat uji kompetensinya tidak dikampus sendiri. Yang diperlukan untuk menghadapi ukom bukan hanya kemampuan keilmuan akan tetapi lebih banyak kepada kemampuan mengelola stress yang dihadapi.
- Tidak mengetahui cara membaca soal
Soal dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan mana yang kompeten mana yang tida kompeten.
Secara umum soal dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu
- Vignete atau kasus
- Pertanyaan
- Jawaban
Jumlah kata dalam vignete sebanyak 20 – 60 kata, rata-rata 40 – 50 kata. Kata ini disusun dari mulai identitas pasien, setting perawatan, keluhan, data yang menunjang keluhan, data distractor, tanda vital, pemeriksaan penunjang lainnya.
Adapun pertanyaan dapat terdiri dari:
- Tidakan pengkajian yang harus dilengkapi
- Prioritas masalah
- Diagnose keperawatan
- Rencana tindakan keperawatan
- Pelaksanaan tindakan keperawatan
- Evaluasi
- Pendidikan kesehatan
- Persiapan pasien pulang
- Tindakan yang spesifik pada kasus tersebut
- Pemeriksaan yang harus disiapkan
- Aspek etik yang terkait dengan kasus tersebut
Sementara untuk pilihan jawaban menganut prinsip satu jawaban terbaik, dan 4 jawaban distractor. Jawaban dan distractor memiliki data yang terdapat dalam kasus. Ini pun merupakan kesengajaan, supaya dapat memisahkan mana yang kompeten dan mana yang tidak kompeten. Bagi orang yang kompeten akan dengan sangat mudah menemukan jawaban, akan tetapi bagi yang tidak kompeten semua jawaban dirasakan benar.
- Terlalu tergesa-gesa
Sifat yang terlalu tergesa-gesa dapat menyebabkan seseorang tidak cermat dalam memilih jawaban. Bagaimana cara menghindarinya? Terdapat beberapa tindakan untuk menghindari ketergesaan kita, yaitu:
- Focus kepada soal yang sedang dihadapi
- Ingat sebuah soal didesain untuk dikerjakan dalam waktu 1 menit.
- Baca dengan teliti kasusnya dan pertanyaannya
- Tentukan masalahnya apa dari setiap kasus. Sebuah soal kadang bertanya tentang apakah evaluasi keperawatan yang harus dilakukan, padahal tidak disebutkan masalah utama yang ada pada soal tersebut. Jika anda tidak mengetahui masalah yang utama (prioritas) maka anda akan salah dalam menjawab.
- Jangan membuat interpretasi pada sebuah soal, gunakan saja data yang ada di soal tersebut.
- Jawablah sesuai dengan pertanyaan
- Panik
Focus perhatian orang panik biasanya menyempit, orang akan sangat fokus kepada hal yang kecil. Panik juga akan menghilangkan kemampuan menilai seseorang, sehingga yang seharusnya bisa menjadi tidak bisa. Jika ada masalah, tarik napas, acungkan tangan. Petugas yang sedang bekerja akan membantu kesulitan anda.
- Strategi belajar yang salah
Beberapa strategi belajar yang salah diantaranya:
- Terlalu menekankan kepada tanya jawab atau membahas soal soal.
- Tidak memiliki dasar pemahaman yang kuat, tetapi memilih untuk diskusi yang akhirnya diskusi melenceng.
- Membahas soal soal yang tidak terstandarisasi ukom, misalnya menggunakan buku soal yang mengacu kepada ujian perawat luar negeri.
- Tidak memiliki catatan yang baik
- Tidak bisa menggunakan hasil try out
Try out sejatinya adalah tempat yang baik untuk mengetahui kemampuan saat ini. Try out dapat memberikan gambaran siapa yang memiliki kemungkinan kompeten dan siapa yang tidak memiliki kemungkinan kompeten. Dari hasil try out dapat menggambarkan bagian yang mana yang dapat dijadikan lumbung nilai atau penyumbang nilai terbanyak ke setiap individu.
Hasil try out dapat memperlihatkan kemampuan per individu, dan pada kenyataannya setiap individu memiliki kemampuan yan berbeda. Berdasarkan itu pula disarankan dalam belajar, pendekatan individu lebih diutamakan dibanding pendekatan kelompok.
- Salah menebak
Mungkin dalam pendidikan formal, menebak sesuatu yang haram, jangan dilakukan. Akan tetapi dalam ukom, saya menganjurkan menebaklah dengan benar.
Caranya: jika masih ragu-ragu, tebaklah yang paling benar menurut insting yang pertama, kedua jika waktunya mepet, tebaklah dengan jawaban yang sama.
- Tidak menggunakan logika dengan baik
Dalam membuat sebuah soal, penulis menggunakan logikanya terutama dalam memahami patofisiologi, tanda dan gejala, tindakan yang harus dilakukan dan lain-lain. Semua harus berdasarkan logika yang baik, termasuk dalam merawat pasien. Dengan demikian, jika sebuah soal memerlukan jawaban dan anda tidak menemukan jawabannya karena keterbatasan pemahaman, maka gunakan logika. Harap diingat, semua dilakukan secara sistematis, ada urutannya, dan tugas anda adalah membayangkan mana tindakan yang dilakukan dahulu dan mana yang kemudian.
- Tidak belajar dari kesalahan
Sudah banyak orang yang gagal dalam ukom, kesalahan demi kesalahan sering dilakukan dalam persiapan maupun dalam pelaksanaan ukom. Akan tetapi tidak ada pengkajian atau pembahasan yang memadai mengapa sampai mereka tidak berhasil. Bahkan orang yang pernah mengikuti ukom tetapi kembali tidak tidak kompeten. Data menunjukan hanya 5 -16% saja retaker
(orang yang sudah pernah ukom tapi tidak lulus dan mengambil ujian kembali) yang lulus. Artinya mereka tidak belajar dari kesalahan sebelumnya.
- Kampus dan mahasiswa tidak mendapat kesempatan bertemu
Terdapat beberapa kampus tidak memiliki program yang jelas untuk menghadapi ukom setelah mahasiswa diwisuda, apalagi setelah nilai ukom diumumkan. Sebagian kampus yang lain menganggap mahasiswa yang sudah diwisuda bukan tanggung jawab kampus lagi. Akan tetapi tidak sedikit kampus yang memiliki program yang jelas sekalipun mahasiswa belum lulus ukom setelah mengikuti ujian beberapa kali, kampus ini memandang mahasiswa yang belum lulus adalah tanggung jawab kampus kerena termasuk bagian dari jaminan kualitas yang diberikan kampus terhadap lulusannya. Masalahnya kemudian justru mahasiswanya sulit untuk mengikuti kegiatan tersebut karena sudah tersebar kemana mana.
- Kampus tidak memiliki soal standar ukom
Rendahnya kualitas soal untuk latihan ukom di kampus kadang menjadi bagian masalah tersendiri, tidak adanya pengembangan soal yang baik disinyalir merupakan penyebab dari masalah yang sangat pelik ini. Beberapa kampus kesulitan mendapatkan soal yang standar ukom, karena sumber dayanya yang memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi ini perlu pelatihan pengembangan soal ukom diberikan kepada dosen-dosen.
- Mahasiswa tidak disiplin
Di beberapa kampus saya menemukan mahasiswa tidak disiplin dalam menghadapi ukom. Contoh kasus, pada saat mahasiswa akan mengikuti kegiatan ukom, mereka sudah merancang untuk kegiatan yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ukom. Karena tempat ukom bukan dikampus sendiri, dan harus pergi ke tempat yang jauh, mereka lebih semangat tamasya daripada menghadapi ukomnya.
- Berkumpul dengan orang yang salah
Pepatah kehidupan mengatakan bahwa bergaul dengan orang kaya maka kita akan menjadi kaya, minimal pola pikir dan gaya akan menyesuaikan dengan gaya hidup orang kaya. Begitu pula kalau kita salah bergaul dalam persiapan ukom, misalnya bergaul dengan orang-orang yang tidak peduli ukom, maka kita akan mengikuti pola pikir tersebut.
- Tidak pernah try out
Memang tidak ada kewajiban yang mutlak untuk mengikuti try out, akan tetapi jika dilihat dari keuntungannya, maka saya berani menyatakan bahwa try out wajib diikuti oleh mahasiswa yang akan mengikuti uji kompetensi. Terus bagaimana jika tidak dapat kesempatan? Ada beberapa aplikasi yang dapat membantu, penulis sendiri membuat aplikasi yang didesain untuk kepentingan belajar dengan nama mikomnakes.